Saya punya hobi memprogram benda apa saja dengan bahasa apa saja. Pertama saya contohkan dulu benda-benda yang saya program, lalu saya akan berusaha menjelaskan kenapa saya punya hobi ini, dan kenapa menyukai hobi ini.
Saya belajar memprogram otodidak waktu kelas 2 SMP dengan komputer Apple II/e dengan bahasa Basic. Waktu itu semuanya masih ngasal karena hanya belajar dari contoh source code. Waktu floppy disk-nya sudah error, saya tetap memprogram tiap hari, iseng membuat sesuatu, walau tidak bisa disimpan dan harus diketik lagi besoknya. Akhirnya berhenti memprogram benda itu setelah mati total.
Di SMU kelas 2 saya baru punya komputer lagi, kali ini IBM PC dengan Windows 95. Di PC tersebut saya memakai Pascal dan Assembly dan juga sudah mulai memprogram memakai Delphi. Saya mencoba berbagai macam hal di PC (pernah saya tuliskan di sini). Dari sini sudah terlihat kalau saya sangat random, dari mulai memprogram utility sampai game. Apapun yang saat itu menarik buat saya.
Waktu kuliah saya membawa PC saya ke Bandung, tapi kos saya dibobol maling dan PC saya dicuri. Akhirnya saya sering nongkong di lab sampai tutup. Lab waktu tingkat satu dulu sangat memprihatinkan, cuma 486 DX (lebih rendah specnya dari PC pentium saya yang hilang), jadi di situ saya kembali mendalami memprogram mode teks.
Device non PC pertama yang saya program adalah Palm OS. Selanjutnya banyak device sejenis PDA/Smartphone yang saya program. Saya sempat membuat puzzle di PalmOS dan beberapa app kecil lain. Berikutnya adalah Symbian Bible yang sempat dipakai jutaan orang di masa kejayaan Symbian OS (menggunakan C++). Saya juga membuat Bible Plus untuk OS Blackberry (versi BBOS ditulis memakai Java dan versi BB10 di tulis dalam C++ menggunakan Qt).
Saya juga memprogram game console saya. Saya memporting dua aplikasi ke Wii, yaitu WiiApple dan Hatari (keduanya menggunakan C di platform PowerPC). Saya membuat aplikasi dadu di Nintendo DS ketika dadu anak saya hilang (menggunakan C di platform ARM).
Sebelum ada Apple Watch, Pebble, dan berbagai jam pintar Android, saya sudah memprogram jam EZ430-Chronos untuk menampilkan OTP (ini memakai C, prosessornya MSP430). Setelah punya jam pintar Android, saya juga membuat versi untuk Android (menggunakan Java).
Program yang saya buat kadang khusus cuma untuk mainan anak saya. Misalnya benda ini adalah Arduino dengan Joystick yang akan mengubah arah panah (dan jika ditekan tengahnya akan mengubah menjadi ikon lain).
Ini dipakai di tempat tidur busnya:
Sekedar lampu sirene untuk mobil-mobilan anak saya (menggunakan C di ATTiny13):
Memprogram kereta mainanya (menggunakan C):
Atau mainan berbasis RFID untuk Jonathan yang bisa dilihat di sini (berbasis Python).
Di mobil, saya memasang display yang terhubung dengan raspberry pi. Karena tidak menemukan media player yang mudah dipakai anak saya, maka saya membuat player sendiri yang dikendalikan dengan Joystick NES (ini menggunakan Python+PyGame).
Kadang saya hanya membuat program kecil yang dipakai sendiri. Misalnya ini untuk belajar ESP8266 (menggunakan bahasa Lua).
Saya juga tidak keberatan memakai berbagai bahasa. Misalnya untuk mainan Puzzle ini, saya memakai Haxe:
Kalkulator bisa diprogram dalam bahasa BASIC
Selain aplikasi yang sifatnya main-main, saya juga melakukan beberapa hal yang agak serius, seperti memporting kernel OS. Misalnya porting FreeBSD ke sebuah SoC ARM.
Di PC, saya memprogram dalam banyak bahasa: assembly, Pascal/Delphi, C, C++, PHP, Python, Lua, Ruby, Java, JavaScript dsb. Sebagian besar yang saya tulis pernah jadi produk atau dipakai di internal perusahaan.
Bagi saya memprogram dengan berbagai teknologi memiliki kepuasan tersendiri. Ketika sebuah program bisa berjalan bagi saya itu sudah merupakan hal yang ajaib. Meskipun saya tahu bagaimana komputer bekerja sampai level bit processing dan memahami teori turing completeness, tetap saja magic.
Beberapa pengalaman terasa lebih magic dibanding sebelumnya. Kali pertama memprogram socket, rasanya takjub dua buah program di dua komputer bisa berinteraksi, kali pertama memprogram skrip CGI (common gateway interface): wah bisa bikin situs yang dinamis, kali pertama memprogram LED yang bisa berkedip, menggerakkan motor, dan membaca sensor rasanya senang sekali sebuah program bisa berinteraksi langsung dengan dunia fisik.
Pengalaman programming juga membantu saya memahami banyak konsep matematika. Mengenal konsep fungsi di programming membuat saya lebih mudah memahami topik seperti komposisi fungsi. Belajar perkalian matriks ketika membuat game 3D lebih nyangkut di kepala saya daripada ketika belajar di kelas.
Banyak orang menggunakan berbagai alat musik untuk memainkan lagu tertentu. Sebenarnya lagunya sama saja, tapi ada kepuasan tersendiri mendengarkan musik menggunakan alat musik alternatif (misalnya ada yang memainkan Let It Go memakai Game Boy). Sama halnya dengan program: emulator Apple yang berjalan di PC sama saja dengan yang berjalan di Wii, tapi ada kepuasan tersendiri melihat program yang sama bisa berjalan di device yang berbeda. Dalam kasus emulator Apple, Wii bisa terhubung ke TV di ruang tamu dan bisa membangkitkan nostalgia dulu orang-orang memakai komputer Apple dengan monitor TV sebagai displaynya.
Kadang saya menganggap berbagai teknik yang sudah lama tak akan terpakai lagi, dan ternyata saya salah. Dulu waktu ingin membuat aplikasi berjalan di latar belakang di DOS, saya memakai mengintercept interrupt 1ch, supaya dipanggil 18.2 kali per detik. Waktu saya belajar Linux dan Windows dan kemampuan multiprocess dan multithreading, saya pikir: wah ini cara yang mudah dan enak. Tapi ketika berhadapan dengan browser: kembali ke single threading, dan beberapa hal perlu disimulasikan dengan timer. Saat ini support WebWorker sudah memungkinkan multi threading tapi tetap terbatas (contoh: akses DOM tidak bisa dari web worker, jadi processing DOM tetap harus single thread).
Meski sudah saya jelaskan, saya sadar bahwa banyak hobi yang sulit dimengerti oleh orang lain. Selalu ada counter argument kenapa hobi itu “aneh”, atau “nggak berguna”.
Contoh: hobi mendaki gunung. Penjelasannya kenapa seseorang bisa suka: mengenai perjalanannya (it’s all about the journey), mengenai udara segarnya, mengenai pemandangan indahnya. Contoh counter argument-nya: kan capek jalan naik gunung, saya baca naik gunung itu bahaya (udah banyak orang yang meninggal gara-gara tersesat), nanti cari toilet di mana? pemandangannya kan bisa dicari di Google, di taman juga udaranya segar. Saya ambil pake tour aja yang di antar bus ke puncak gunung yang lain, sama aja kan? terus kenapa harus naik gunung yang lain? bukannya pemandangannya mirip-mirip aja?
Mungkin bagi orang awam berbagai kamera sama saja, lensa yang mahal versus mahal banget tidak terlihat bedanya. Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang cuma bisa diapresiasi pemilik hobi.
Hanya karena saya suka memprogram berbagai device tidak membuat saya jadi jago/pintar memprogram, hanya membuka pikiran saya lebih luas. Sama seperti orang yang hobi naik gunung tidak membuat orang tersebut jadi ahli, walaupun mungkin dia lebih sehat dari aktivitas mendaki dibanding yang diam saja di rumah. Dari hobi saya, saya tahu sedikit lebih banyak dari mereka yang tidak punya hobi programming.
Tulisan ini cuma sekedar sharing hobi aneh saya karena saya masih jarang ketemu orang yang senang memprogram apa saja. Siapa tahu bisa menarik orang lain untuk hobi yang sama.
hehe, itu masuk ke passion bukan ya om.
ibarat orang art, kalau udah suka, mau harganya 1M, dan orang bilang “gelo maneh”, tetep we nyengiirr. hhehe