Menjual Aplikasi di Appstore

Dulu waktu saya masih kuliah, menjual aplikasi tidaklah semudah sekarang. Waktu saya kuliah, pemrograman mobile masih cukup baru. Menjual aplikasi baik desktop maupun mobile juga tidak mudah (sekarang berbagai metode pembayaran sudah tersedia). Biasanya yang saya kerjakan adalah mencari proyek.

playstore

Saya punya saran bagi mahasiswa yang saat ini masih kuliah: cobalah membuat aplikasi, minimal satu dan menjualnya di sebuah application store. Mengapa saya menyarankan orang menjual aplikasi di sana? Tujuan utamanya adalah untuk belajar. Menurut saya ada banyak sekali yang bisa dipelajari dari menjual aplikasi di app store. Pelajaran ini bukan cuma dari sisi programming, tapi keseluruhan software development lifecycle.

Catatan: Biasanya orang-orang mengasosiasikan “App Store” dengan apple, dalam konteks artikel ini “App Store” adalah sembarang application store (misalnya Apple App Store, Nokia OVI, BlackBerry Appworld, Google Play, dsb).

Sejak “demam app store” banyak orang (termasuk non programmer) yang belajar memprogram dan berusaha membuat aplikasi yang laris agar menjadi jutawan. Memang mungkin menjadi jutawan dengan menjual aplikasi, tapi saran saya: jangan jadikan itu tolok ukur kesuksesan. Anda bisa tetap sukses belajar meskipun tidak menjadi jutawan dari appstore.

Apa saja yang bisa dipelajari dari menjual aplikasi di app store? pertama dari sisi programming: Anda belajar bagaimana memoles dan mempaketkan aplikasi supaya bisa dijual. Anda akan belajar membuat aplikasi yang layak pakai oleh end user. Kadang untuk proyek tertentu (misalnya proyek pemerintah), aplikasi yang dibuat asal jadi, asal memenuhi spesifikasi.

Ketika Anda punya pengguna, Anda akan belajar bagaimana berinteraksi dengan pengguna. Anda akan menghadapi bug report, feature request, pujian, dan juga cacian. Bahkan jika Anda membuat game yang amat bagus sekalipun, bisa ada yang protes dan memberi review 1 bintang karena mereka “stuck di level 5”. Jika aplikasi Anda cukup kompleks, akan ada bug yang hanya muncul di user tertentu, dan Anda belajar mendebug bersama pengguna aplikasi Anda.

Setelah ada perbaikan, Anda akan bisa merilis update software Anda (meluncurkan versi baru). Setelah Anda merilis beberapa versi, Anda akan sadar perlunya memakai versioning system. Bagi Anda yang belum memakai versioning system (Git, CVS, dsb), maka ini saat yang baik untuk belajar.

Setelah merilis aplikasi, jangan berhenti dan menunggu. Belajarlah mempromosikannya. Pertama: buatlah website untuk aplikasi Anda, bisa berupa halaman blog, atau mungkin Facebook page. Anda perlu belajar membuat teks dan screenshot yang menarik dan bahkan mungkin perlu membuat video. Setelah itu promosikan di media sosial seperti Twitter dan Facebook. Hubungi juga situs-situs komunitas dan mailing list komunitas. Anda akan belajar bagaimana mengirim email mempromosikan produk Anda.

Di titik ini Anda bisa mengetahui apakah Anda tertarik pada marketing atau tidak. Anda mungkin akan bereksperimen dengan harga yang berbeda, bereksperimen menggunakan iklan, menggunakan in app purchase, dan sebagainya. Jika Anda membuat aplikasi bagus, memasarkan dengan baik, dan beruntung, Anda bisa mendapatkan pendapatan lumayan dari app store ini dari mulai sekedar puluhan ribu rupiah sampai puluhan juta tiap bulannya.

Saya menambahkan kata “beruntung” karena kadang memang butuh keberuntungan supaya aplikasi sukses di pasaran. Kata “beruntung” juga sebagai penghibur bahwa kadang-kadang aplikasi yang sudah sangat bagus dan dipasarkan dengan mati-matian masih bisa gagal di appstore. Sedangkan aplikasi sangat sederhana kadang bisa sangat sukses. Jadi kadang bukan kesalahan pembuat aplikasi dan bukan kesalahan marketing. Bisa saja di saat yang bersamaan, ada aplikasi serupa yang sedang dipasarkan perusahaan yang lebih besar.

Tergantung app store mana yang Anda pilih, Anda mungkin harus menandatangani perjanjian tertentu. Anda akan belajar mengenai revenue sharing, pajak, sistem pembayaran, dsb. Anda akan belajar bahwa ada app store yang harganya sama di seluruh dunia (misalnya harga aplikasi 0.99 USD akan sama di manapun juga di dunia), tapi ada juga yang memvariasikan harga tergantung wilayah pembeli (misalnya: di Nokia Ovi Store harga 0.99 EURO di Eropa bisa menjadi 0.3 USD di India).

Sebagai perbandingan: mencari proyek software itu gampang-gampang susah, baik dari proses mencari, mengerjakan, sampai mengejar pembayarannya. Appstore itu sangat gampang: Anda bisa masuk ke app store dengan gratis (misal Blackberry), sekali bayar (25 USD untuk Google Play), atau per tahun (99 USD/tahun, Apple AppStore). Anda bisa langsung menjual app dengan mudah, tidak ada yang memburu deadline, pembayaran juga langsung masuk rekening (tidak perlu menagih).

Selain mendapatkan pengalaman, Andaikan tidak ada yang membeli aplikasi Anda, Anda tetap memiliki portfolio. Sudah banyak sekali penawaran pekerjaan dan proyek yang saya terima karena ada orang yang melihat aplikasi yang saya buat. Ini cukup wajar. Misalnya ada seseorang yang ingin membuat aplikasi resep masakan, mereka akan mencari orang yang sudah pernah membuat aplikasi sejenis itu.

Saya sendiri kurang sukses secara langsung dari appstore, tapi cukup banyak mendapat tawaran proyek karena aplikasi yang saya pajang di appstore. Walau demikian, secara langsung dari appstore ada pendapatan ekstra belasan sampai puluhan dollar sebulan yang cukup untuk membayar hosting, atau kadang-kadang membeli satu dua barang online untuk dioprek. Dapet 5 USD? cukup buat beli Arduino atau makan siang yang enak, 35 USD? bisa beli Raspberry Pi, atau duitnya bisa juga dipinjamkan jika tidak tau ingin diapakan.

One thought on “Menjual Aplikasi di Appstore”

  1. Super sekali, ijin meninggalkan jejak. Saya masuk kesini krn baca tentang bot dengan webhook. Ijin bookmark, sebelum leave bca artikel yang ini krn memang ada keinginan bikin applikasi mobile

    Thx 4 sharing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *